Yogyakarta, Kota Dengan Tata Letak Terbaik
Betapa tidak,
bila kita lihat tata letak jogja yang dibangun dari arah selatan yaitu
panggung krapyak kearah utara sampai dengan tugu sangatlah tertata
sekali serta mengandung banyak falsafah; padahal blueprint tata letak
kota tersebut dibuat pada zaman dimana dinegara kita belum semaju saat
ini.
Bagi anda yang belum mengetahui dimana letak kehebatan tata kota jogja, inilah detail urutan bangunan beserta falsafahnya :
1.Krapyak adalah
gambaran asal roh-roh. Di sebelah utaranya terletak kampong Mijen,
berasal dari perkataan Wiji (benih), jalan lurus ke utara, dikanan kiri
dihiasi pohon Asem dan Tanjung, menggambarkan kehidupan sang anak yang
lurus, bebas dari rasa sedih dan cemas, rupanya nengsemake serta di
sanjung-sanjung (tanjung) selalu.
2.Plengkung Nirbaya ( Plengkung Gading ),
Plengkung ini menggambarkan periode sang anak menginjak dari masa
kanak-kanak ke masa pra puber. Dimana sifatnya masih nengsemake ( pohon
asem) dan suka menghias diri (nata sinom). Sinom merupakan daun asem
yang masih muda.
3.Alun-alun selatan. Disini
terdapapat dua pohon beringin yang disebut Wok. Wok berasal dari kata
brewok. Dua pohon beringin ditengah-tengah alun-alun ini menggambarkan
bahagian badan yang paling rahasia, oleh karena itu diberi pagar batu.
Disekitar alun-alun inin terdapat lima buah jalan yang bersatu satu sama
lain, menunjukkan pancaindra. Tanah berpasir artinya belum teratur
lepas satu sama lain. Apa yang ditangkap belum teratur oleh pancaindra.
Keliling alun-alun ditanami pohon Kweni dan Pakel artinya sang anak
sudah wani (berani karena sudah akil balig)
4.Sitihinggil, arti
harafiahnya tanah yang ditinggikan. Disini terdapat sebuah tratag atau
tempat istirahat beratap anyaman bambu. Kanan kiri tumbuh pohon gayam
dengan daun-daunnya yang rindang serta bunga-bunganya harum wangi. Siapa
saja yang berteduh dibawah tratag ini akan merasa aman, tenteram senang
dan bahagia. Menggambarkan rasa pemuda-pemudi yang sedang di rindu
asmara. Konsep lain dengan esensi sama disampaikan bahwa Sitihinggil
terdapat dua bangunan untuk penjagaan abdi dalem
Gandheng=penghubung=penggandeng. Nama depan hamba (abdi) ini adalah Duto
dan Jiwo, dengan maksud andudut Jiwa = Jiwanya ditarik bersamaan antara
laki-laki dan perempuan menyalakan api percintaan.
5.Halaman kemandungan, menggambarkan benih dalam kandungan sang ibu.
6.Regol Gadung mlati sampai
kemagangan merupakan jalan yang sempit kemudian melebar dan terang
benderang. Suatu gambaran Anatomis kelahiran sang bayi. Disekeliling
bangunan Siti Inggil (Sasana Inggil) ini terdapat jalan yang menuju ke
halaaman Kemagangan. Jalan di kiri kanan ini disebut Pamengkang.
Pamengkang berasal dari Mekangkang, posisi kaki yang berjauhan satu sama
lain. Posisi ini menunjukkan keadaan seorang ibu yang akan melahirkan .
disini bayi kemudian magang (kemagangan) menjadi calon manusia yang
sesungguhnya.
7.Bangsal Mangun-Tur-Tangkil,
sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Sitihinggil. Jadi sebuah
bangsal di dalam bangsal yang mempunyai arti bahwa di dalam badan kita
(wadag) ada roh atau jiwa. Manguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi
untuk anangkil, yaitu menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara
mengeheningkan cipta atau bersemedi. Di belakang bangsal ini terdapat
sebuah bangsal lagi yang disebut bangsal Witono, yang mengandung arti
wiwit ono (mulailah), merupakan awal kegiatan spiritual manusia
mendekatkan diri dengan Tuhan.
8.Tarub Hagung, merupakan
bangunan 4 tiang dari pilar yang mempunyai bentuk empat persegi. Arfti
bangunan ini adalah : siapa yang gemar semedi sujud kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, berada selalu dalam keagungan.
9.Pagelaran, yang
berasal dari kata Pagel = pagol = pager = batas dan aran =nama. Dimana
habislah perbedaan manusia baik laki-laki maupun perempuan, terutama di
hadapan Tuhan. Sehingga semua kalangan di dalam kraton menggunakan
bahasa sama yaitu kramma inggil yang dirubah, yang disebut bahasa
bagongan.
10.Alun-alun utara (lor) menggambarkan
suasana nglangut, suasana sepi, suasana hati kita dalam samadi. Pohon
beringin di tengah alun-alun menggambarkan suasana seakan-akan kita
terpisah dari diri sendiri. Mikrokosmos bersatu dalam makrokosmos.
Simpang empat sebelah utara menunjukkan godaan dalam semedi. Apakah kita
jalan lurus (Siratal Mustaqim) atau menyimpang kekanan-kekiri.
11.Pasar Beringharjo, pusat godaan setelah kita mengambil jalan lurus berupa godaan akan wanita cantik, makanan yang lezat serta barang-barang mewah.
12.Kepatihan, lambing godaan akan kedudukan atau kepangkatan.
13.Sampailah kita pada Tugu, symbol tempat Alif Mutakaliman Wachid, bersatunya kawula lan Gusti bersatunya hamba dan Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar